Warna-warna Liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau
lambang yang digunakan di dalam ibadah Kristen. Fungsi warna dalam liturgi
adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi. Warna ini dapat digunakan pada
aksesoris pakaian liturgi imam maupun paduan suara yang mengiringi, stola
ataupun taplak altar. Altar menjadi tempat untuk meletakkan bejana-bejana
perjamuan. Tata warna yang
digunakan didasarkan pada Paus Pius V tahun 1570 dan
ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969. Empat warna dasar
yang digunakan dalam tata warna liturgi yaitu: hijau, ungu, putih (kuning),
dan merah.Hijau
Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang
tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan
dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi
suasana pengharapan. Warna hijau pada khususnya dipandang sebagai warna
kontemplatif dan tenang.
Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif,
ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk masa biasa dalam
liturgi sepanjang tahun kecuali jika ada hari raya khusus. Dalam masa biasa
itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh ketenangan,
kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil
menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah.
Warna Hijau dipakai pada Masa Biasa.
Warna Hijau dipakai pada Masa Biasa.
Ungu
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat.
Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam.
Dalam liturgi arwah itu, warna ungu itu melambangkan penyerahan diri,
pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang
yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.
Warna Ungu dipakai pada saat Adven Prapaskah dan Pada saat misa requiem atau misa arwah
Putih atau kuning
Putih atau kuning
Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru,
sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan pakaian
putih. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan,
terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan
kemurnian mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurniaan sempurna, kejayaan
yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang
paus mengenkan jubah, single dan solideo putih.
Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai
bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian, sebagaimana dipancarkan
oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan menurut arti
simbolisasi yang sama, yakni makana kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian,
dan kebenaran. Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa digunakan
bersama-sama atau salah satu.
Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal,
hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan Yesus, kecuali peringatan
sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya,
pesta dan peringatan Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus bukan
martir, pada hari raya semua orang kudus (1 November), Santo Yohanes Pembaptis
(24 Juni), pada pesta Santo Yohanes pengarang Injil (27 Desember), Takhta Santo
Petrus Rasul (22 Februari), dan Bertobatnya Paulus Rasul (25 Januari)
Warna putih atau kuning dipakai pada Natal, Kamis Putih, Paskah, Minggu Trinitas, Kristus Raja, Baptisan dan Peneguhan sidi, Penahbisan, Peneguhan, dan Pernikahan.
Merah
Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat
dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman,
sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan
dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi,
sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama kaisar. Apabila
para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu
dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti
teladan para martir yang mati demi iman.
Warna merah dipakai pada Adven minggu ketiga, Minggu Palem Kenaikan Pentakosta dan Hari Raya Para Martir
+ komentar + 1 komentar
gerald mana sdh blogmu???
Posting Komentar