Artikel Terbaru :
Pengumuman: Untuk kita semua harap perhatikan jadwal petugas pekan paskah 2015. Untuk melihat jadwal, klik Terima kasih (Updated: 28 Maret 2015)

Malaikat Kerubim

Penulis : Gerald Simanullang on Minggu, 23 November 2014 | 03.55

Minggu, 23 November 2014

Kerub atau Kerubim (Ibrani כרוב, pl. כרובים, trans kruv, pl. kruvim, dual kruvayim lat. cherub[us], pl cherubi[m]) adalah sebuah istilah yang muncul dalam Alkitab, misalnya pada Keluaran 25:18-22 dan Yehezkiel 28:12-15, yang artinya adalah kedudukan yang sangat tinggi atau diurapi dalam pemerintahan Allah (Kerajaan Surga). Kedudukannya sangat tinggi bahkan dari para Malaikat.  Kerubim/kerub adalah para malaikat yang menyembah dan memuji Allah di takhta Allah.
 Sebelum memberontak Iblis adalah kerub (Yehezkiel 28:12-15).
 Di atas tutup pendamaian tabut perjanjian Allah terdapat dua kerub (Keluaran 25:18-20).
 Karena itu timbullah sebutan Tuhan yang bersemayam di atas para Kerub (1Samuel 4;4 dan Keluaran 25:22).



Kemah Pertemuan dan Bait Suci dan perabot-perabotnya mengandung banyak ukiran kerubim (Keluaran 25:17-22; 26:1, 31; 36:8; 1 Raja-Raja 6:23-35; 7:29-36; 8:6-7; 1 Tawarikh 28:18; 2 Tawarikh 3:7-14; 2 Tawarikh 3:10-13; 5:7-8; Ibrani 9:5).


Dalam hubungannya dengan manusia, Kerub pertama-tama disebutkan dalam Alkitab di Kejadian 3:24, “Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.”  Tujuan Allah menempatkan kerub bukanlah untuk memutuskan hubungan manusia dari Allah, melainkan untuk menjaga agar manusia tidak masuk ke taman Eden dan makan buah pohon kehidupan, karena sebelumnya mereka telah makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Sehingga jika manusia yang telah berdosa itu makan buah pohon kehidupan, maka mereka akan kekal dalam keadaan berdosa.

Kemudian dalam kisah Keluaran, Tuhan menyuruh Musa untuk membuat “Tabut Perjanjian” dengan kedua kerub yang menudungi “Tutup Pendamaian”. Hal ini adalah sebuah gambaran bahwa Allah yang menempatkan Kerub di jalan masuk Taman Eden itu, adalah Allah yang juga menjaga baik-baik perjanjian-Nya dengan manusia, sampai rencana keselamatan yang telah Allah rancangkan tergenapi kemudian.

Pasal 1 dan 10 dari kitab Yehezkiel menggambarkan “empat makhluk hidup” (Yehezkiel 1:5) sebagai makhluk yang sama dengan kerubim (Yehezkiel 10). Setiap makhluk itu memiliki empat wajah, wajah manusia, singa, lembu dan rajawali (Yehezkiel 1:10; juga 10:14) – masing-masing memiliki empat sayap. Dalam penampilannya, kerubim “menyerupai manusia” (Yehezkiel 1:5). Para kerubim ini menggunakan dua sayap mereka untuk melayang-layang dan dua sayap untuk menutupi tubuh mereka (Yehezkiel 1:6, 11, 23). Di bawah sayap mereka kerubim memiliki bentuk seperti tangan manusia (Yehezkiel 1:8; 10:7-8, 21).

Gambaran dalam Wahyu 4:6-9 juga kelihatannya menggambarkan kerub. Para kerub melayani untuk menonjolkan kemuliaan dan kuasa Allah. Ini adalah salah satu dari tanggung jawab utama mereka dalam Alkitab. Selain menyanyikan pujian bagi Allah, mereka juga mengingatkan kemuliaan dan keagungan Allah dan kehadirannya di tengah umatNya. 



komentar | | Baca Selanjutnya...

Malaikat Mikhael

MAKHLUK roh yang bernama Mikhael jarang disebutkan dalam Alkitab. Tetapi, setiap kali disebut, ia sedang melakukan tindakan tertentu. Dalam buku Daniel, Mikhael memerangi malaikat-malaikat yang fasik; dalam surat Yudas, ia berbantah dengan Setan; dan dalam Penyingkapan, ia berperang melawan si Iblis dan hantu-hantunya. Dengan membela pemerintahan Yehuwa dan memerangi musuh-musuh Allah, Mikhael hidup selaras dengan arti namanya—”Siapa Seperti Allah?” Tetapi, siapakah Mikhael itu?
Adakalanya, orang-orang dikenal dengan beberapa nama. Misalnya, sang patriark Yakub juga dikenal sebagai Israel, dan rasul Petrus dikenal sebagai Simon. (Kejadian 49:1, 2; Matius 10:2) Demikian pula, Alkitab menunjukkan bahwa Mikhael adalah nama lain untuk Yesus Kristus, sebelum dan setelah ia hidup di bumi. Mari kita bahas alasan dari kesimpulan itu berdasarkan Alkitab.


Penghulu Malaikat. Firman Allah menyebut Mikhael sebagai ”penghulu malaikat”. (Yudas 9) Sebutan itu berarti ”malaikat kepala”. Dalam Alkitab, ”penghulu malaikat” hanya ada dalam bentuk tunggal, tidak pernah jamak. Hal itu menyiratkan bahwa hanya ada satu malaikat seperti itu. Lagi pula, Yesus dikaitkan dengan kedudukan penghulu malaikat. Mengenai Tuan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan, 1 Tesalonika 4:16 mengatakan, ”Tuan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan suara penghulu malaikat.” Suara Yesus digambarkan  sebagai suara penghulu malaikat. Karena itu, ayat ini menyiratkan bahwa Yesus itulah sang penghulu malaikat Mikhael.


Pemimpin Pasukan. Alkitab menyatakan bahwa ’Mikhael beserta malaikat-malaikatnya bertempur melawan naga beserta malaikat-malaikatnya’. (Penyingkapan 12:7) Maka, Mikhael adalah Pemimpin sepasukan malaikat yang setia. Buku Penyingkapan juga menggambarkan Yesus sebagai Pemimpin sepasukan malaikat yang setia. (Penyingkapan 19:14-16) Selain itu, rasul Paulus secara spesifik menyebutkan ”Tuan Yesus” dan ”malaikat-malaikatnya yang penuh kuasa”. (2 Tesalonika 1:7) Jadi, Alkitab menyebutkan baik Mikhael beserta ”malaikat-malaikatnya” maupun Yesus bersama ”malaikat-malaikatnya”. (Matius 13:41; 16:27; 24:31; 1 Petrus 3:22) Karena Firman Allah tidak pernah menunjukkan bahwa ada dua pasukan malaikat yang setia di surga—satu yang dikepalai oleh Mikhael dan satu lagi oleh Yesus—masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Mikhael tidak lain adalah Yesus Kristus dalam tugasnya di surga.
komentar | | Baca Selanjutnya...

Cangkir yang Cantik


Sepasang  kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.

“Lihat  cangkir  itu,”  kata  si nenek kepada suaminya. 

“Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.

Saat  mereka  mendekati  cangkir  itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima  kasih  untuk  perhatiannya,  perlu  diketahui  bahwa  aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok  tanah liat yang  tidak  berguna.  Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop  ! Aku berteriak,  Tetapi  orang  itu  berkata  “belum  !”  lalu ia mulai menyodok  dan meninjuku  berulang-ulang. Stop!
Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku,  tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku  ke  dalam  perapian.  Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

Akhirnya  ia  mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku  pikir,  selesailah  penderitaanku.  Oh  ternyata  belum. Setelah dingin aku diberikan  kepada  seorang  wanita  muda  dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita  itu  berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan  aku  lagi  ke  perapian  yang  lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan  penyiksaan  ini  !  Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang  ini  tidak  peduli  dengan teriakanku.Ia  terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.

Setelah  benar-benar  dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku  dekat  kaca.  Aku  melihat  diriku.  Aku  terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya,  karena  di  hadapanku  berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

***
Sahabat,  dalam kehidupan ini adakalanya kita seperti  disuruh berlari, ada kalanya kita seperti digencet permasalahan kehidupan. Tapi sadarlah bahwa lakon-lakon itu merupakan cara Tuhan untuk membuat kita kuat. Hingga cita-cita kita tercapai. Memang pada saat itu tidaklah  menyenangkan,  sakit,  penuh  penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah  satu-satunya  cara  untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan.
 “Sahabat,  anggaplah  sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab  Anda tahu bahwa ujian  terhadap  kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”
 Apabila  Anda  sedang  menghadapi  ujian  hidup, jangan kecil hati, karena akhir dari apa yang sedang anda hadapi adalah kenyataan bahwa anda lebih baik, dan makin cantik dalam kehidupan ini.

Sumber 



komentar | | Baca Selanjutnya...

Santo Benediktus, Abbas

Penulis : Gerald Simanullang on Rabu, 19 November 2014 | 06.17

Rabu, 19 November 2014

Benediktus dikenal sebagai pendiri cara hidup monastik di Eropa Barat. Ia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa. Kemudian ia mendirikan sebuah tarekat yang dikenal dengan namanya, ordo Benediktin, yang bermarkas di Monte Casino. Pada tahun 1944 ketika Perang Dunia II berkecamuk biara induk Monte Casino dihancurkan, dan baru dibangun kembali setelah perang. Benediktus lahri di Nursia, Italia Tengah sekitar tahun 480 dan meninggal dunia di Monte Casino pada tahun 547. Saudarinya, Skolastika, yang kemudian menjadi seorang Santa, adalah seorang religius sejati yang membaktikan dirinya kepada Tuhan dan sesama. Dibantu oleh sebuah keluarga bangsawan yang mengikuti kebiasaan mendidik anak-anaknya bagi karier politik, Benediktus dikirim ke Roma untuk menlanjutkan pendidikannya. Di Roma ia menderita sekali karena tingginya biaya hidup. Alau ditemani oleh seorang pelayan keluarga yang terpercaya, ia meninggalkan kota Roma. Ketika itu ia berusia 20 tahun.

Untuk sementara waktu, ia tinggal di Enfide sekitar 40 mil baratdaya kota Roma bersama sekelompok orang Kristen saleh sambil terus melanjutkan studi dan praktek askesenya. Ia kemudian meninggalkan Enfide untuk hidup menyendiri jauh dari kehidupan ramai di kota. Rekan-rekannya sangat mencintai dia dan percaya akan kemampuannya membuat mukzijat. Ia menemukan suatu tempat pengungsian yang sepi di dalam sebuah gua di atas gunung Subiako, 50 mil sebelah timur kota Roma. Di dalam gua itu, ia bertapa selama tiga tahun. Ia dibantu oleh Romanus, seorang pertapa lain dalam bimbingan rohani maupun makan-minum setiap hari.

Reputasi Benediktus sebagai seorang pertapa tidak bisa terus disembunyikan. Namanya segera terkenal di antara penduduk desa di sekitarnya. Tatkala superior dari sebuah biara di dekat gua pertapaannya meninggal dunia, biarawan-biarawan itu meminta Benediktus menjadi pemimpin mereka. Dengan senang hati Benediktus menerima permohonan itu dan segera meninggalkan gua pertapaannya. Ia disambut dengan gembira. Tetapi segera ia menyadari, bahwa kehidupan di biara itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para biarawan tidak disiplin dan lemah pendiriannya. Benediktus berusaha untuk memperbaiki situasi biara itu, namun tidak semua biarawan setuju, ada yang bahkan membenci dan berupaya meracuninya. Untunglah Benediktus selamat. Gelas minumnya yang berisi racun itu tiba-tiba saja hancur berantakan ketika dijamahnya. Benediktus segera meninggalkan biara itu dengan sedih hati. Ia kembali ke gua Subiako. Dari sana ia mulai mengumpulkan banyak pertapa yang terpencar dimana-mana. Sejak itu ia mulai meninggalkan idenya yang lama dan memulai hidup Cenobitik: sebuah komunitas pria yang mengabdikan diri pada kehidupan religius. Dengan meniru cara hidup asketis Mesir, teristimewa dari tradisi Pakomius, Benediktus mengelompokkan pengikut-pengikutnya dalam 12 kelompok, masing-masing dengan pimpinannya. Kehidupan monastik dengan 12 biara ini dimulainya di Subiako.

Selanjutnya, seorang bangsawan Roma memberinya sebidang tanah di dekat kota Kasino, kira-kira 30 mil jauhnya dari Subiako. Kasino terletak di kaki gunung dan sangat subur. Di sini Benediktus mendirikan sebuah gereja yang dipersembahkan kepada Santo Yohanes Pembaptis. Demikianlah awal dari biara Monte Kasino yang terkenal itu. Enam hari sebelum wafatnya, Benediktus menyuruh rekan-rekannya menyiapkan kuburnya di samping saudarinya Skolastika yang meninggal enam minggu sebelumnya. Relikiu Benediktus dan Skolastika ditemukan kembali pada tahun 1950 di bawah reruntuhan altar gereja Monte Kasino yang hancur pada masa Perang Dunia II.

Semua berita tentang kehidupan Benediktus diketahui dari buku "Dialog" karangan Paus Gregorius Agung yang ditulis 50 tahun setelah kematian Benediktus. Sumber informasi lain ialah aturan-aturan hidup yang disusunnya bagi pengikut-pengikut di Monte Kasino. Dari aturan hidup itu terlihat jelas kepribadian Benediktus sebagai seorang pemimpin biara yang ramah tamah, bijaksana dan penuh pengertian. Sikapnya sangat moderat baik dalam hal doa, kerja, pewartaan, makanan, tidur, dan lain-lainnya. Aturan hidup membiara Santo Benediktus merupakan aturan hidup membiara pertama di Eropa Barat. Santo Benediktus biasanya digambarkan sebagai seorang Abbas yang sedang memegang satu salinan aturan hidup membiara. 

komentar | | Baca Selanjutnya...

Warna Liturgi dalam Gereja Katolik

Penulis : Gerald Simanullang on Senin, 17 November 2014 | 20.03

Senin, 17 November 2014

Warna-warna Liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau lambang yang digunakan di dalam ibadah Kristen. Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi. Warna ini dapat digunakan pada aksesoris pakaian liturgi imam maupun paduan suara yang mengiringi, stola ataupun taplak altar. Altar menjadi tempat untuk meletakkan bejana-bejana perjamuan. Tata warna yang
digunakan didasarkan pada Paus Pius V tahun 1570 dan ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969. Empat warna dasar yang digunakan dalam tata warna liturgi yaitu: hijau, ungu, putih (kuning), dan  merah.


Hijau
Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi suasana pengharapan. Warna hijau pada khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang.
Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk masa biasa dalam liturgi sepanjang tahun kecuali jika ada hari raya khusus. Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah.
Warna Hijau dipakai pada Masa Biasa.

Ungu
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat.
Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu, warna ungu itu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.
Warna Ungu dipakai pada saat Adven Prapaskah dan Pada saat misa requiem atau misa arwah

Putih atau kuning
Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan pakaian putih. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurniaan sempurna, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang paus mengenkan jubah, single dan solideo putih.
Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian, sebagaimana dipancarkan oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan menurut arti simbolisasi yang sama, yakni makana kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian, dan kebenaran. Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa digunakan bersama-sama atau salah satu.
Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal, hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan Yesus, kecuali peringatan sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya, pesta dan peringatan Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus bukan martir, pada hari raya semua orang kudus (1 November), Santo Yohanes Pembaptis (24 Juni), pada pesta Santo Yohanes pengarang Injil (27 Desember), Takhta Santo Petrus Rasul (22 Februari), dan Bertobatnya Paulus Rasul (25 Januari)
Warna putih atau kuning dipakai pada Natal, Kamis Putih, Paskah, Minggu Trinitas, Kristus Raja, Baptisan dan Peneguhan sidi, Penahbisan, Peneguhan, dan Pernikahan.

Merah
Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama kaisar. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti teladan para martir yang mati demi iman.
Warna merah dipakai pada Adven minggu ketiga,  Minggu Palem Kenaikan Pentakosta  dan Hari Raya Para Martir

komentar (1) | | Baca Selanjutnya...

Santo Romanus dari Antiokia, Martir


Romanus adalah seorang diakon Gereja Sesarea. Oleh sejarawan Eusebius, riwayat hidupnya dihubungkan dengan para martir yang dibunuh di Palestina. Karena kendatipun ia menjadi martir di Antiokia, namun ia berasal dari Palestina. Santo Yohanes Krisostomus juga memuji-muji dia dalam sebuah tulisannya; demikian juga Prudensius menggubah seuntai syair pujian untuk Romanus. Maka cukuplah meyakinkan ketenaran diakon Romanus ini.

Bagaimanapun juga sumber informasi tentang riwayat hidup Romanus kurang lengkap. Informasi tentang kemartirannya dihubungkan dengan aksi penganiayaan terhadap umat Kristen pada zaman pemerintahan Kaisar Diokletianus. Pada masa itu diakon Romanus giat memberi peneguhan dan semangat iman kepada umatnya yang dikejar-kejar oleh penguasa. Bahkan ia berani memberikan peringatan kepada para hakim yang mengadili umatnya, sambil meneguhkan hati umatnya di hadapan sidang pengadilan kaisar.

Sadar akan pengaruh Romanus yang besar bagi umat Kristen maka penguasa tidak tanggung-tanggung menangkapnya. Romanus disesah dan dicambuki, dan kemudian dibakar hidup-hidup. Meskipun api menjalari sekujur tubuhnya, namun Romanus tetap berkotbah menyemangati umatnya agar tetap setia pada imannya dan tetap mencintai Allah. Raja kemudian menyuruh mengembalikan dia ke penjara untuk disiksa lebih berat lagi: anggota badannya dimasukkan ke dalam lima lobang di sebuah papan alat penyiksaan, dan tubuhnya dibiarkan menggelantung dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya sebagai martir yang tahan uji, Romanus mati dicekik oleh algojo di penjara itu pada tahun 303. Ketabahannya mengagumkan!


komentar | | Baca Selanjutnya...

Santo Blasius

Santo Blasius dilahirkan di Sebastia, Asia Kecil. Sekarang, daerah tersebut bernama Sivas, Turki. Santo Blasius dikenal sebagai Uskup dan Martir pada abad pertengahan. Selain itu, Santo Blasius juga dikenal sebagai Santo Pelindung bagi orang-orang yang mengalami sakit tenggorokan.

Menurut tradisi yang ada, Santo Blasius adalah keturunan bangsawan. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, ia mengalami pendidikan iman Kristen. Pada akhirnya, dia ditahbiskan sebagai Uskup Sebastia. Pada waktu itu, agama Kristen sudah tersebar luas di berbagai macam daerah akan tetapi, Licinius, Kaisar Roma pada saat itu tetap mengadakan penyiksaan dan pengejaran terhadap orang-orang Kristen dan akhirnya ia berhasil menangkap dan menawan Santo Blasius. Ketika berada dalam penjara, ia berhasil mengeluarkan duri ikan dari tenggorokan seorang anak yang hampir mati karena tidak dapat bernafas. Beberapa saat kemudian, Santo Blasius dibunuh oleh para tentara Kaisar Licinus.

Menurut cerita yang beredar, sebelum menjadi Uskup, Santo Blasisius dikenal sebagai seorang tabib atau dokter yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan banyak orang. Banyak sekali cerita mukjizat yang dikenal dari kehidupan Santo Blasius. Salah satu cerita yang cukup terkenal adalah ketika ia menyembuhkan penyakit pada binatang buas pada saat ia berada dalam pengungsian karena pengejaran Kaisar Licinius.

Mulai abad 16, berkat Santo Blasius sudah mulai dipraktekkan oleh Gereja pada saat peringatan pestanya yaitu setiap tanggal 3 Februari. Biasanya, orang menerima ‘Pemberkatan Santo Blasius’ dengan dua lilin menyilang yang diletakkan pada tenggorokan. Hal itu dilakukan dengan iman karena dipercaya dapat melindungi orang dari penyakit tenggorokan. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai salah satu dari 14 orang Kudus yang dikhususkan oleh Gereja sebagai Penolong banyak orang terutama yang mengalami penyakit tenggorokan.


komentar | | Baca Selanjutnya...

Sumur Masalah

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun - ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai.

Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. 

Ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. 

Tetapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara si petani dan tetangga-tetangganya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik.

Segera saja semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri.

Mungkin kehidupan ini terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dll) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah/ujian bukanlah beban, tapi jadikanlah satu batu pijakan untuk melangkah dan melompat ke level yang lebih tinggi.
 Percayalah, kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah.


komentar | | Baca Selanjutnya...

Memberi Tidak Membuat Kekurangan

Ada seorang kaya yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak. Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan pesan
1/2 untuk anak pertama,
1/4 untuk anak kedua dan
1/5 untuk anak ketiga.

Setelah sang bapak meningg
al, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan, bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.

Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas  memberikan kerbaunya supaya masing-masing mendapat  bagian yang utuh.

Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi.
Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 yaitu 10 ekor,
anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5 ekor,
anak ketiga 1/5 darr 20 yaitu 4 ekor.

Demikianlah masing-masing mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya adalah 10+5+4=19 sisa 1 ekor, dikembalikan pada bapak tadi.


Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang menjadi milik kita.. Amazing….


Sumber 
komentar | | Baca Selanjutnya...

Kisah Santo Tarsisius

Di Roma, sekitar tahun 250, agama kristiani dilarang di sana, bahkan Kaisar Valerianus memerintah polisi Roma untuk mencari orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk ditangkap, disiksa dan dibunuh. Meski banyak orang kristiani banyak yang terbunuh, tetapi banyak murid-murid Kristus yang tetap setia tidak mau mempersembahkan korban kepada para berhala Romawi. Dalam situasi semacam itu, orang-orang kristiani hanya berani berkumpul pada malam hari di “katakomba”, yaitu teras kuburan bawah tanah
membentuk gang yang panjang dari beberapa kuburan dalam satu gua. Di sana pulalah orang-orang kristiani biasa melakukan Ekaristi atau Misa.

Pada waktu itu, ada seorang pemuda kristiani yang setiap pagi, sebelum fajar menyingsing dengan riang gembira menuju ke tempat tersebut dengan berjalan kaki melintasi lorong-lorang kota Roma untuk melayani imam merayakan Ekaristi. Suatu pagi seperti biasa, Tarsisius ke sana untuk melayani imam merayakan Ekaristi. Hari itu Paus sendiri yang mempersembahkan Ekaristi, namun orang yang hadir hanya sedikit, sebab beberapa hari yang lalu, banyak orang kristiani yang ditangkap. Beberapa orang terpaksa menyelamatkan diri ke luar kota.

Orang yang hadir pada saat itu adalah orang yang selamat dari pencarian dan pengeledahan polisi Roma saat itu. Selesai Misa, Tarsisius tidak segera pulang, ia membantu mengatur alat-alat Misa. Tarsisius mendengar Paus mengeluh: “Kemarin seorang petugas penjara datang ke mari dengan diam-diam. Ia mengatakan, bahwa saudara-saudara kita yang dipenjarakan ingin sekali menyambut Tubuh Kristus sebelum mereka dibunuh. Tetapi banyak imam sudah ditangkap. Saya sendiri tidak bisa ke sana, sebab saya sudah dikenal. Mana bisa kami mengabulkan permohonan mereka?”
Tarsisius langsung menghampiri Paus, katanya: “Kenapa Bapa Suci tidak mengutus saya? Saya tidak akan dicurigai.” Paus langsung menjawab: “Jangan nak, kamu masih terlalu muda. Tugas itu terlalu berbahaya untukmu!” Tarsisius tetap bertekat untuk membantu, katanya: “Tetapi setiap pagi saya datang ke mari, Santo Bapa, saya satu-satunya pelayan Misa yang selalu datang. Saya tidak takut. Apalagi hari masih pagi, jalan juga masih sepi.” Melihat semangat itu, Paus akhirnya menyetujui, kata: “Baiklah, kamu boleh coba, tetapi hati-hatilah!”

Paus berlutut dengan hormat ke depan altar, mengambil beberapa Hosti Suci dan dimasukan dalam sebuah kota kecil yang terbuat dari emas. Kota kecil itu dikalungkan dengan tali di leher Tarsisius yang berlutut di hadapan Paus. Tarsisius segera menutupinya dengan “toga”, yaitu semacam mantol, yang dipakainya.
Tarsisius segera berangkat. Ia memagangi kotak emas itu erat-erat di bawah toga supaya jangan hilang. Hatinya berdebar-debar. Ia merasa bahagia atas kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh Paus sendiri. Dalam hati ia berdoa kepada Yesus, yang sedang di bawanya untuk menghibur para tawanana.
Tapi tanpa disangka-sangka, hari itu beberapa teman Tarsisius telah bangun pagi dan berjalan-jalan. Seorang temannya melihat Tarsisius terburu-buru menghampirinya dan bertanya: “Hai, Tarsisius pagi-pagi begini kamu mau pergi kemana? Kok terburu-buru?” Tarsisius tidak menjawab. Seorang teman Tarsisius yang menyusul bahunya dan bertanya: “Kamu kok tidak seperti biasa, ada apa? Apa yang kamu bawa di bawah toga itu?” Seorang teman malah mencoba menari toga Tarsisius. Toga Tarsisius tersingkap, dan kota emas Hosti Suci terlihat. Temannya yang mengenali benda itu, berkata: “Lihat, sepertinya ia membawa sesuatu dari orang kristiani kepada itu!” Teman-teman Tarsisius mulai berteriak serentak: “Serahkan barang itu, Ayo cepat! Berikan pada kami atau kami ajar!” Tarsisius tidak berkata sepatah katapun, ia juga tidak menyerahkan kotaknya. Kotak itu justru dipertahankan sekuat tenaganya. Ia tidak ingin menyerahkan Tubuh Tuhannya keapda teman-temannya yang tidak beriman itu.

Karena keteguhan hati Tarsisius, teman-temannya menjadi jengkel dan mulai memukul, menendang bahkan melempari Tarsisius dengan batu. Tapi tetap saja kotak itu tidak dilepaskan oleh Tarsisius. Seorang teman Tarsisius sangat jengkel, akhirnya mengayunkan pentung dan memukul kepala Tarsisius. Tarsisius terpelanting jatuh mengucurkan darah. Tepat saat itu suara keras menegur mereka: “Apa yang kalian perebutkan!” diikuti munculnya seorang polisi menghampiri mereka. Teman-teman Tarsisius ketakutan, mereka melarikan diri meninggalkan Tarsisius yang tergeletak bersimbah darah.

Polisi itu menghampiri Tarsisius. Ketika Tarsisius mengenali wajah itu tersenyum. Polisi itu seorang kristiani. Dengan sisa tenaganya Tarsisius menyerahkan Sakramen Mahakudus kepada Polisi itu. Si Polisi mengangguk mengerti. Tanpa mengatakan apapun, polisi itu menerima kotak berisi Sakramen Mahakudus tersebut dan mengalungkan dilehernya sendiri. Si Polisi lalu mengangkat Tarsisius dengan hati-hati dan membawanya ke sebuah rumah orang kristiani terdekat dan meninggalkannya disana. Setelah itu, si Polisi segera pergi ke penjara dan menerimakan Komuni Suci secara diam-diam kepada para tawanan.

Tidak lama kemudian, Tarsisius meninggal. Luka-luka yang dideritanya terlalu parah. Ia dimakamkan di katakomba Kalikstus, di jalan Apia, dekat makam para Paus. Tarsisius adalah seorang putera altar, yang pada zaman itu dinamakan secara resmi: seorang akolit. Ia seorang putera altar yang menghorbankan hidupnya demi Ekaristi kudus. Karena teladan perjuangannya itu, ia dipilih sebagai pelindung para putera altar. Martir suci yang diperingati setiap tahun pada tanggal 15 Agustus.


komentar | | Baca Selanjutnya...

Sejarah Singkat Santo Tarsisius

Penulis : Gerald Simanullang on Sabtu, 15 November 2014 | 19.57

Sabtu, 15 November 2014

Santo Tarsisius lahir pada tanggal 15 Agustus sekitar tahun 250 di Roma. Setiap pagi, sebelum fajar ia sering melewati jalan-jalan dan lorong-lorong kota Roma ke tempat orang Kristiani berkumpul. Gua – gua bawah tanah, yang sebetulnya adalah kuburan, mereka gunakan sebagai tempat pertemuan. Tempat seperti itu dinamakan Katakomba. Yaitu sebgangn lurus panjang gelap dan ditutup oleh batu panjang. Mereka hanya berani berkumpul pada malam hari, karena agama mereka terlarang.

Pada zaman kaisar Valerianus, orang-orang Nasrani tidak diperkenankan untuk menerima sakramen (Tubuh Kristus) dan diharuskan untuk menyembah berhala. Bila tidak mau menyembah berha, maka akan ditangkap dan dibunuh. Pada suatu hari seperti biasa Tarsisius pergi ke Katakomba untuk mengikuti Misa. Pada saat itu Bapa Suci (Sri Paus) ingin mempersembahkan misa sendiri. Tapi hanya sedikit orang yang datang, karena kebanyakan dari orang Kristiani sudah ditangkap, adapula yang mengungsi ke luar kota untuk menyelamatkan diri. Tidak seperti biasa Tarsisius tidak langsung pulang, tetapi membantu untuk mengatur alat Misa. Saat itu Sri Paus mengeluh bahwa ada petugas penjara yang datang secara diam-diam. Dia bilang tawanan-tawanan Nasrani ingin sekali menyambut Tubuh Kristus sebelum dibunuh. Tetapi keadaannya tidak memungkinkan karena wajah Sri Paus sudah tidak asing bagi kebanyakan orang.

Maka dari itu Tarsisius memberanikan diri untuk memberikan sakramen kepada tawanan-tawanan tersebut. Pada pagi-pagi benar, Tarsisius berjalan menelusuri setiap Katakomba dan menuju penjara dimana para tawanan berada, dia membawa Hosti Suci dalam kotak emas dan dikalungkandengan tali pada lehernya serta menutupinya dengan toga yang ia pakai. Tetapi malang bagi nasibnya, di tengah perjalanan ia bertemu dengan teman-teman sekolahnya, teman-teman mengetahui bahwa ia membawa sesuatu dari orang Kristiani, mereka meminta paksa dan Tarsisius menolaknya, sehingga Tarsisius dilempari batu, dipukuli dan ditendang sampai sekarat.

Tak lama kemudian ia bertemu dengan seorang prajurit yang kebetulan beragama Nasrani. Anak-anak itu pun lari pontang-panting karena teriakan prajurit itu. Setelah itu ia meminta tolong kepada prajurit tersebut untuk mengantarkannya kepada para tawanan. Setelah prajurit itu bersedia untuk membawa Hosti Suci, Tarsisius pun dibawa ke rumah orang Kristiani terdekat dan ditinggalkan, karena prajurit itu mau mengantarkan Komuni Suci secara diam-diam kepada para tawanan. Tak lama kemudian Tarsisius meninggal, lukanya terlalu parah. Ia dimakamkan di Katakomba Kalikstus, di Jalan Apia, dekat makam para Sri Paus.

Dari peristiwa tersebut maka Gereja memilih dia menjadi pelindung akolit(proakolit), karena telah mengorbankan hidupnya demi Ekaristi Kudus. Martir suci ini diperingati setiap tanggal 15 Agustus.


komentar | | Baca Selanjutnya...

Buku Tamu

Follow yah

 
Terima kasih telah berkunjung ^_^
Dibuat tahun 2014. PPA Santa Maria Palu . Semua baik-baik saja.
Created and designed by Gerald Simanullang | Dibuat dan didesain oleh Gerald Simanullang